Ilustrasi kontes burung kicau kelas Murai Batu |
- Dalam setiap penyelenggaraan kontes burung kicau, ada beberapa metode penjurian yang dipakai dalam lomba, baik itu kelas Latber, Latpres dan kelas Nasional.
Pada penyelenggaraan kontes burung kicau, sering kita lihat team juri saling berkomunikasi pada dikala kontes sedang berlangsung. Hal itu di namakan metode analisa independent.
Setelah berdiskusi, nantinya para juri akan merekomendasikan atau mencalonkan beberapa nominasi pemenang dan akan diambil bunyi terbanyak. Waktu yang tersedia yakni 15 menit untuk memutuskan pemenang kontes pada setiap sesinya.
Waktu 15 menit dalam satu sesi tersebut dibagi menjadi 3 putaran, yaitu:
1. Putaran pertama, juri akan mengawasi kombinasi lagu dan gaya main burung.
2. Putaran kedua, juri akan memutuskan burung-burung yang patut masuk nominasi.
3. Putaran ketiga, juri mengambil keputusan untuk memutuskan burung yang menjadi juara, atau yang koncer A, B, dan C.
Dan di saat ada burung yang mempunyai nilai sama, maka akan dijalankan tos (ambil koin). Kriteria burung yang masuk dalam standar juara yakni yang mempunyai durasi kerja minimal 80%. Dan jikalau dikala kontes berjalan durasi kerja burung tidak ada yang dapat meraih 80 %, maka akan dicari yang mempunyai durasi kerja minimal 65 % dan paling tinggi ketimbang burung yang lain.
Kemudian tampilan burung, burung mesti anteng (nagen) di tangkringan, dan mempunyai power bunyi yang bagus, bahan lagu dan juga gaya main sungguh memutuskan perolehan point dalam analisa sesuai dengan standar dari jenis burung yang dilombakan.
Tapi sering kita lihat pada event-event kontes burung kicau, ada burung dengan mutu standart atau biasa-biasa saja tetapi dapat menjadi juara. Hal itu dapat dikarenakan burung-burung penerima kontes yang lain tidak ada yang kerja lebih anggun dari burung yang menjadi juara tersebut, atau performanya tidak ada yang menyanggupi standar analisa lomba, sehingga akan diambil yang paling anggun di antara yang lain meskipun bekerjsama burung yang juara tersebut performanya kurang menyanggupi standar yang sudah ditentukan.
Burung yang pernah menjuarai kontes juga belum pasti yakni burung yang betul-betul berkualitas. Kembali lagi kita lihat perbandingan dengan burung-burung yang lain yang menjadi lawannya digantangan, dan begitu pula sebaliknya, burung yang gagal jadi juara bukan memiliki arti burung tersebut tidak berkualitas. Bisa saja ketika gagal menjadi juara, dikala itu burung sedang kurang keadaan atau ada faktor-faktor lain yang menyebabkan burung tersebut tidak juara.
Sebagai penghobi burung kicau dan suka mengikuti lomba, kadang kita tidak tahu bagaimana dan menyerupai apa tampilan burung yang menyanggupi standar analisa dalam kontes burung kicau dan patut menjadi juara.
Dan juga bagaimana tahapan-tahapan analisa juri lomba. Maka tidak jarang kita menyaksikan di event-even kontes burung kicau sering terjadi kerusuhan yang mungkin disebabkan oleh perbedaan penglihatan perihal pakem analisa kontes yang berlainan antara juri dengan peserta. Bahkan sesama penerima kontes juga acap kali saling berdebat dan saling mengklaim burung yang mestinya patut menjadi juara.
Burung-burung yang hendak menjadi penerima pada ajang kontes burung kicau mesti mempunyai standar yang sudah ditentukan, sehingga patut untuk menjadi penerima dan sanggup menjadi juara opsi team juri jikalau memang burung tersebut mempunyai tampilan yang anggun dan menyanggupi standar yang sudah diputuskan oleh EO penyelenggara.
Berikut ini yakni standar analisa kontes untuk berbagai macam burung, antara lain:
1. Kriteria analisa kontes untuk burung Cendet/Pentet::
• Durasi kerja/bunyi optimal dengan gaya main angka satu anteng/nagen dan full power.
• Suara tembus dengan lagu roll speed dengan tonjolan tembakan-tembakan agresif menyerupai tembakan Cililin, Lovebird, Gereja tarung, Belalang kecek, Kenari, dan lainnya.
Faktor-faktor yang sanggup meminimalisir point analisa untuk Cendet/Pentet:
• Perilaku badung menyerupai salto.
• Turun kedasar kandang (ngelantai).
• Bunyi dengan posisi tubuh membungkuk.
• Memiliki cacat fisik.
Tapi tidak menutup kemungkinan Cendet/Pentet yang bertingkah salto atau turun ke dasar kandang (tidak lebih dari 3 kali), masih mempunyai kemungkinan untuk bisa koncer A, B, atau C. Kembali lagi dilihat perbandingan dengan burung-burung lawannya.
2. Kriteria analisa kontes untuk burung Kacer:
• Durasi kerja optimal tidak banyak jeda/ngetime dengan gaya buka ekor (ngobra) dan anteng/nagen ditangkringan.
• Full power dengan volume bunyi tembus dan bahan lagu yang glamor dan bermacam-macam (bongkar isian).
Faktor-faktor yang sanggup meminimalisir point analisa untuk Kacer:
• Turun ke dasar kandang (ngelantai).
• Bunyi tetapi tidak buka ekor.
• Sering ngeruji.
• Mbagong.
• Memiliki cacat fisik.
Kacer yang mengerjakan sikap negatif tersebut kemungkinan besar tidak akan menjadi juara (kembali lagi dilihat pembandingan lawannya). Apalagi jikalau Kacer tersebut terpantau mbagong, maka akan pribadi dicoret (diskualifikasi) dan tidak akan dinilai lagi. Kacer yang mempunyai cacat fisik juga sanggup meminimalisir nilai.
3. Kriteria analisa kontes untuk Cucak ijo (CI):
• Dalam standar analisa kontes untuk Cucak ino (CI) yang menjadi syarat utama biar bisa juara yakni wajib Trokbul (ngentrok dan njambul).
• Durasi kerja mesti optimal dan tidak sering ngetime dengan bunyi roll panjang, tembakan, dan juga full power.
• Untuk Cucak ijo (CI), bahan isian sungguh di utamakan atau menjadi syarat wajib agat bisa juara. Cucak ijo (CI) wajib mempunyai bahan lagu yang secara lazim dikuasai menyerupai bunyi tembakan panjang Cililin, Gereja tarung, Tengkek buto, Lovebird, dan lainnya.
Faktor-faktor yang sanggup meminimalisir point analisa untuk Cucak ijo (CI):
• Nampar jeruji kandang (ngeruji) di saat analisa sedang berlangsung.
• Didis di saat kontes sedang berlangsung.
• Menggembungkan bulu.
4. Kriteria analisa kontes untuk Murai Batu (MB):
• Durasi kerja optimal tanpa ngetime.
• Gaya main atraktif dan ngeplay memainkan ekor dengan kepala naik turun akan lebih di priotaskan.
• Full power dengan volume tembus, ngeroll diselingi tonjolan suara-suara tembakan.
Faktor-faktor yang sanggup meminimalisir point analisa untuk Murai Batu (MB):
• Perilaku ngelowo/ngebatman.
• Ngeruji.
• Turun ke dasar kandang (ngelantai).
• Memiliki cacat fisik.
5. Kriteria analisa kontes untuk Kenari:
• Nagen satu titik dengan durasi bunyi yang panjang dan full power serta mempunyai cengkok lagu yang bagus.
• Kenari yang mempunyai kombinasi isian menyerupai bunyi Cililin, Sanger, Blackthroad, dan yang lain akan lebih di utamakan untuk menjadi juara.
Faktor-faktor yang sanggup meminimalisir point analisa untuk Kenari:
• Kenari bunyi sambil nempel jeruji sangkar.
• Turun ke dasar sangkar.
• Lagunya panjang tetapi monoton tanpa kombinasi dan tak mempunyai cengkok yang indah.
6. Kriteria analisa kontes untuk Lovebird (LB):
• Harus aktif ngekek dengan durasi panjang (minimal 20-60 detik).
• Harus mempunyai gaya main dan power yang bagus.
Faktor-faktor yang sanggup meminimalisir point analisa kontes untuk Lovebird (LB):
• Ngekek sambil ngeruji.
• Ngosek dan turun ke dasar sangkar.
Tapi kembali lagi tetap menyaksikan perbandingan dari lawan-lawannya.
7. Kriteria analisa kontes untuk Pleci:
• Harus bisa berkicau dengan volume lantang (tembus).
• Anteng/nagen dengan kedua kaki mencengkeram tangkringan.
• Memiliki isian yang bermacam-macam diselingi bunyi lasroll (ngalas ngeroll) dan buka paruh dikala berkicau.
Faktor-faktor yang sanggup meminimalisir point analisa kontes untuk Pleci:
• Sering loncat-loncat.
• Ngeruji.
• Turun ke dasar sangkar.
Baca juga: Syarat mutlak biar burung patut menjadi juara
Demikian sedikit gunjingan wacana standar analisa kontes pada berbagai macam burung kicau. Untuk gunjingan lain seputar burung kicau, sanggup dibaca pada postingan yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih