Perkutut Hitam Majapahit |
- Perkutut Katuranggan identik dengan Perkutut setempat Jawa yang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis yang diandalkan sanggup menjinjing keberuntungan bagi pemiliknya dan sanggup juga sebaliknya, justru sanggup menjinjing sial kalau salah dalam memutuskan Katuranggannya.
Katuranggan sendiri berasal dari bahasa Jawa dari kata "Katur" yang memiliki arti "menyampaikan" dan "Angga" yang memiliki arti "badan". Jadi, Katuranggan yakni wawasan untuk menyodorkan pemahaman wacana sifat/karakter dari bentuk badan/fisiknya.
Meramal mutu seekor Perkutut dengan cara menyaksikan Katuranggannya mungkin telah menjadi tradisi bagi para penggemar Perkutut di Indonesia sejak jaman dulu, bahkan tidak jarang mengaitkannya dengan hal-hal mistis.
Bagi penggemar burung Perkutut, penyeleksian Katuranggan ini menjadi satu hal yang sungguh penting selain dari bunyi/suaranya. Hal itu disebabkan lantaran adanya keyakinan turun temurun dari Leluhur bahwa burung Perkutut yakni burung istimewa yang memiliki YONI atau kekuatan tertentu yang sanggup menjinjing keberuntungan dan sanggup juga menjinjing kesialan bagi pemiliknya.
Sebetulnya Katuranggan tidak sepenuhnya berhubungan dengan hal-hal mistis, lantaran Katuranggan yakni ilmu "titen" atau wawasan untuk membaca sifat/karakter dari seekor Perkutut dari bentuk badannya. Istilahnya, menyaksikan isi dari kulitnya.
Dengan menyaksikan Perkutut dari Katuranggannya, kita juga sanggup meramalkan bagaimana mutu Perkutut tersebut, baik dari bunyi maupun performanya.
Berikut ini yakni beberapa teladan Katuranggan Perkutut untuk meramalkan mutu suaranya:
• Perkutut dengan bentuk kepala "njambe nom" (seperti buah jambe/pinang yang masih muda), diperkirakan mutu suaranya sanggup optimal dan keindahan suaranya akan tetap infinit dan stabil hingga Perkutut tersebut berusia tua.
• Perkutut dengan bentuk kepala "mbeton nongko" (seperti biji nangka), diperkirakan suaranya akan bertahan hingga tua, namun mutu keindahan suaranya tidak sanggup meraih maksimal.
• Perkutut dengan bentuk kepala "nggobog" (bulat menyerupai duit logam), diperkirakan mutu suaranya akan terus bertambah hingga pada usia tengahan atau 3 rambahan atau sekitar 24 tahun (satu rambahan yakni 8 tahun). Kemudian sehabis itu mutu suaranya akan terus menurun sesuai dengan umurnya.
• Perkutut dengan bentuk kepala "mbungkul bawang" (seperti siung bawang putih), diperkirakan mutu suaranya tidak menentu/tidak sanggup stabil, kadang sanggup anggun dan mengagetkan dan kadang juga jelek/mlempem.
• Perkutut dengan bentuk kepala "nakir kuwalik" ( menyerupai bentuk takir terbalik, takir yakni kawasan makanan/sesaji di Jawa yang yang dibikin dari daun pisang berupa persegi empat). Perkutut dengan Katuranggan menyerupai itu sukar diperlukan bunyi terbaiknya.
• Perkutut yang kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "ngepel" (seperti buah kapel/burahol) dan bentuk badannya "tuntut gedang" atau "njantung pisang" (seperti kuncup bunga pisang), serta bentuk ekornya meruncing dengan garis-garis bulu yang jelas, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) bagus, sanggup terdengar terperinci dan baik.
• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "nggabah" (seperti gabah atau butiran padi) dan bentuk badannya "nongko sak glundung" (seperti buah nangka), serta bentuk ekornya panjang dengan garis-garis bulu yang terperinci namun tumpul, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) agak bagus.
• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "mapah gedang" (seperti pelepah pisang) dan bentuk tubuhnya "mbluluk" (seperti buah kelapa yang masih kecil) serta bentuk ekornya pendek meruncing, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) cukup bagus.
• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "nglombok gede" (seperti cabai besar) dan bentuk tubuhnya "njagung nglobot" (seperti buah jagung yang belum dikupas kulitnya) serta bentuk ekornya panjang namun kurang meruncing sehingga bulunya bertumpuk dengan garis-garis kurang jelas, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) kurang bagus.
• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya menyerupai "nglombok rawit" (seperti cabai rawit) dan bentuk tubuhnya "wungkal gerang" (seperti kerikil asahan pisau yang telah aus kepingan tengahnya) serta bentuk ekornya mekar menyerupai kipas, diperkirakan bunyi bunyi tengahnya (ketek) tidak bagus, namun kelebihannya memiliki bunyi yang tebal.
Baca juga:
Perawatan khusus untuk Perkutut mabung
Katuranggan Perkutut yang bagus dan sanggup menghadirkan keberuntungan bagi pemiliknya
Ciri-ciri burung Perkutut dengan katuranggan yang tidak baik untuk dipelihara
Demikian sedikit isu wacana Makna Katuranggan Perkutut yang sanggup kami sampaikan pada postingan kali ini. Untuk isu lain seputar burung Perkutut, sanggup dibaca pada postingan yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih