Merbah aslinya dalam bahasa Melayu merujuk terhadap beberapa macam burung pengicau yang berbulu suram di semak belukar, tergolong pula jenis-jenis burung pelanduk, tepus, bentet dan lain-lain. Di sini, untuk kepentingan standarisasi penamaan seumpama yang digunakan LIPI, merbah digunakan terbatas untuk menyebut burung-burung dari keluarga Pycnonotidae. Selain disebut merbah, burung-burung dari suku ini memiliki beberapa istilah lazim lainnya seumpama cucak (Jawa); tempuruk, empuruk; tempulu’, empulu’, pampulu, empuloh (aneka bahasa Melayu di Sumatera dan Kalimantan); dan lain-lain.
Berukuran sedang, burung-burung ini biasanya berbadan sedang agak ramping, leher pendek, dan ekor agak panjang. Kerap kali bermisai halus.
Sebagian spesiesnya memiliki warna-warni yang cerah: kuning, jingga, merah, pada dada, perut atau seluruh tubuhnya. Akan tapi pada lazimnya berwarna suram coklat zaitun, keabu-abuan atau kekuningan, dengan warna kuning, jingga atau merah di pantatnya. Jantan dan betina berwarna serupa.
Beberapa dengan warna hitam di kepala, jambul yang sanggup digerak-gerakkan, atau janggut putih.
Merbah utamanya yakni burung pemakan buah-buahan dan serangga. Di hutan, pada lazimnya burung ini bahagia menjelajah semak belukar dan hutan yang setengah terbuka, memetik aneka buah kecil-kecil dan mengejar serangga. Meski sebagian lagi lebih bahagia tinggal di atas pepohonan.
Sering didapati berpasangan atau berkelompok, burung-burung ini kerap kali bercampur dengan jenis yang lain. Ramai bersuara nyaring saling memanggil.
Merbah menghasilkan sarang di atas pohon atau perdu, berupa cawan dari rumput, tangkai daun, atau serpihan daun, bercampur dengan serat-serat yang lain. Telur 2-3 butir.