Anti Umbaran Untuk Burung Lomba, Lho !!!


Ya sanggup jadi goresan pena ini akan mengundang kontroversi. Tetapi ya mangga, namanya saja ya pendapat, siapa saja boleh mendebat.

1. Pengumbaran menciptakan burung besar lengan berkuasa di otot sayap
Ketika burung di umbaran dan kemudian disuruh terbang kesana kemari dengan cara digoda kanan-kiri, beliau hanya memperkuat otot sayap dan napas. Burung kicauan tidak relevan untuk dilatih main otot ketika sudah besar. Lain masalahnya ketika beliau dalam masa pertumbuhan di penangkaran-penangkaran yang memang mutlak harus diumbar sehingga otot-otot di seluruh badan berkembang maksimal.
Burung kicauan, di alamnya sendiri, tidak ada yang memerlukan migrasi dari satu wilayah ke wilayah lain untuk mempertahankan hidup.
Dia biasanya hanya menetap di suatu tempat dan berikembang biak dengan mencari makan (serangga, ulat, cacing, buah-buahan kecil atau juga bunga-bungaan) di sekitar mereka tinggal. Begitu sanggup tangkapan dan kenyang beliau akan bertengger di dahan pohon dan mulai bernyanyi. Saat itulah beliau yang burung jantan berlatih kepiawaian berkicau, memperkuat otot tenggorokan dan pita bunyi untuk sanggup “mengatasi” pejantan sejenisnya dan menarik minat lawan jenis.
2. Burung di dalam umbaran tidak pernah berlatih bernyanyi.
Kapan sih ada burung yang berkicau kencang ketika di sangkar umbaran? Jangankan untuk berkicau, sekadar untuk menghirup napas secara perlahan dan damai saja beliau tidak sempat alasannya ialah terus digoda dan digoda.
Bisa saja ada yang berkilah bahwa burung di umbaran tetap bernyanyi. Nah, jikalau itu yang terjadi, namanya memang bukan pengumbaran, tetapi sekadar memindah burung dari sangkar kecil ke sangkar besar. Kalau menyerupai ini ya sama saja bukan pengumbaran alasannya ialah meskipun berada di sangkar besar tanpa ada treatmen, aku yakin bahwa burung juga tidak bakalan terbang muter-muter sendiri. Tidak ada kesadaran alamiah pada dirinya untuk berlatih terbang besar lengan berkuasa dan cepat (karena secara alamiah di alamnya sana juga tidak relevan bagi dirinya). Yang relevan ialah berkicau… berlatih otot tenggorokan dan pita bunyi demi menarik perhatian dunia.
3. Top performance burung tidak sanggup dipaksakan
Sebagaimana burung betina, burung jantan suka mempunyain bioritme “bulanan” (bukan berarti 30 hari, sanggup kurang sanggup lebih). Burung betina, memiliki siklus internal/bioritme yang kemunculannya sanggup berurutan: birahi, nelor, mengeram, mengasuh anak.
Pejantan pun bersama-sama secara alamiah mengikuti biortime pasangannya. Ketika betina nelor dan mengeram, tidak ada kisah si jantan berbirahi sendiri dan bisik-bisik mengajak si betina untuk “berselimut bersama”. Bioritme menyerupai ini secara alamiah ada pada pejantan atau betina yang dipetik suaranya untuk lomba,
Bisa jadi, seekor burung sanggup tampil maksimal dalam berkicau di arena lomba besar sebulan dua kali, tetapi sehabis itu ya..tampil amburadul. Kadang tampil kadang tidak.
Lantas apa hubungannya dengan dilema umbaran? Ya itu, seekor burung tidak bakal sanggup tampil konsisten terus menerus meski diberi treatmen umbaran sedemikian rupa sehingga memiliki kekuatan otot dan napas yang luar biasa jikalau titik top performance berdasar bioritme tidak pas dengan waktu/saat lomba.
Di sini memang tidak akan menyebut burung apa dan punya siapa yang selalu moncer di arena lomba dalam rentang waktu yang panjang. Hanya, burung semacam itu tidak pernah dikenalkan dengan “umbaran-maniak treatment” dan hanya mengenal perawatan secara konsisten dalam hal pakan, jemur, dan mandi.
Silakan pendapat lain. 
artikel selengkapnya baca omkicau.com

Subscribe to receive free email updates:

PRIVATE GOOGLE SEARCH