Istilah murai kerikil medan sebetulnya hanya branding produk saja. Sebab, kalau ditelusuri lebih lanjut, jenis ini didatangkan dari beberapa daerah di Aceh, Pasaman, Padang Sidempuan, bahkan dari Semenanjung Malaysia.
Dulu, murai kerikil medan masih banyak dijumpai di beberapa daerah misalnya Bukit lawang, Bohorok, dan kaki Gunung Leuser. Perlu diketahui, Taman Nasional Gunung Leuser berada di perbatasan Sumatera Utara dan Aceh, sebagaimana Dieng yang berada di perbatasan Banjarnegara dan Wonosobo.
Tetapi, berdasarkan beberapa teman kicaumania di Sumatera Utara, keberadaan murai kerikil ketika ini sudah jarang ditemukan di beberapa daerah tersebut. Para penangkar setempat pun kesulitan mendapat murai kerikil orisinil medan, sehingga praktik yang sering dilakukan yaitu mengawinkan jantan dan betina murai kerikil dari banyak sekali jenis, untuk mendapat burung yang istimewa.
Karena itulah, sebagian besar murai kerikil medan yang beredar di pasaran sebetulnya berasal dari Aceh, dan sebagian lainnya dari Pasaman, Padang Sidempuan, dan Malaysia.
Murai kerikil medan memang paling popular dan paling banyak disukai kicaumania di Indonesia. Hal inilah yang menciptakan harganya lebih tinggi daripada jenis murai kerikil yang lain.
Berikut ini beberapa ciri khas murai kerikil medan :
- Postur tubuhnya lebih besar daripada jenis murai kerikil lainnya.
- Badan tegap.
- Bentuk kepala bagus.
- Ekornya panjang dan melengkung.
- Warna hitam pada bulunya mempunyai dampak kebiruan ketika terkena sinar
- Suara kicauannya bervariasi, dengan volume cukup keras.
Karena ciri yang paling gampang diingat yaitu ekornya yang panjang, para oknum pedagang badung pun sering menyambung ekor murai kerikil jenis lain, sehingga terlihat panjang ibarat murai kerikil medan.
artikel lengkap baca omkicau.com