Tips Untuk Memberi Pakan Burung Murai Batu

Seiring makin berkurangnya polulasi Murai Batu dan juga berkurangnya habitat Murai Batu di alam bebas, sudah semestinya kita mulai berusaha untuk menangkarkan burung Murai Batu. 

Dalam penangkaran burung Murai Batu salah satu hal terpenting yang harus kita perhatikan yaitu administrasi pakan, alasannya contoh proteksi pakan yang baik pada masa penangkaran akan sangat membantu proses penangkaran.

Burung Murai Batu yang sedang dalam penangkaran sanggup diberikan contoh pakan standar berupa voer, serangga, kroto dan juga cacing. Namun jumlah proteksi pakan untuk burung penangkaran harus lebih banyak porsinya dibanding untuk burung Murai Batu dalam peliharaan harian.

Pemberian pakan yang tidak seimbang justru akan memperlama proses produksi. Contoh: Pemberian voer yang terlalu banyak memang sanggup meningkatkan jumlah protein, namun di sisi lain lemak pada burung juga akan bertambah. Padahal, burung penangkaran yang kegemukan, akan sulit bereproduksi dengan baik. 

Begitupun dengan voer yang biasa dipakai untuk burung kicau harian, secara umum sudah baik, namun kandungan mineralnya seringkali tidak sanggup kita pastikan alasannya banyak voer yang dijual tanpa disertai keterangan komposisi isi. Kaprikornus sebaiknya Anda memperlihatkan multivitamin dengan komposisi yang pas untuk burung Murai Batu dalam masa penangkaran.

Multivitamin yang manis setidaknya mengandung vitamin utama, yakni A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6, B12, C dan K3; zat esensial menyerupai D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic Acid (Folic Acid yaitu salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D Pantothenate. Untuk acuan ini, silakan baca wacana produk BirdVit.

Pada ketika yang sama, burung di penangkaran membutuhkan mineral yang lengkap dan seimbang. Misalnya unsur Ca dan K, harus benar-benar tercukupi sehingga proses pembuatan cangkang telur sanggup berlangsung dengan baik. 

Jika burung Murai Batu dalam masa penangkaran kekurangan mineral maka akan menjadikan beberapa kendala, antara lain bulu lemah, tekstur bulu tidak mulus, warna bulu kusam, terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal), paralysa (lumpuh), perosis (tumit bengkak), anak burung mati sehabis menetas, mengalami urat keting (tendo), terlepas sendinya, tercerai (luxatio), paruh meleset atau tidak pas, kekurangan darah sehingga pucat dan lemah, sulit bertelur, telur kosong, produktivitas rendah, daya tetas rendah, dan simpulan hidup embrio tinggi. Untuk menghindari hal itu, ada baiknya Anda mengetahui problem mineral burung.

Subscribe to receive free email updates:

PRIVATE GOOGLE SEARCH